Minggu, 12 Agustus 2012

GOING NEW HOME

“Ya sudah mas, aku langsung pulang ya ...,” pamit boss baruku.

“Iya, Pak ... hati-hati,” kata mas boss.

“Tolong dirawat ya pak ...,” pekik mbak Sinta, istri mas boss dengan nada sedih.

“Iya ...” kata bos baruku.

Berikutnya aku tak bisa mendengar dan melihat apa-apa lagi.  Bos baruku langsung memasukkan tubuhku yang kecil ke dalam jaketnya. Ya Tuhan ... tega sekali bos baruku ini.  Mbok ya naik taksi atau bawa mobil teman gitu.  Lha ini aku malah dibawa pulang dengan cara yang tak sopan begini.

“Ssssshhh ... diem ya sayang ...” kata boss baru sambil mengelus-elus tubuhku.

Tak ada gunanya melawan atau berteriak-teriak.  Bagaimanapun juga dia adalah calon boss baruku.  Aku harus menunjukkan ‘first impression’ padanya dong!  Jadi aku harus manut, diam dan tak rewel hingga tiba di rumah baru nanti.

Meow ... meow ,,, eow ... sesekali aku berteriak.


Aku protes berat karena motor yang disupiri keponakan Pak Jo, boss baruku ini, sungguh sangat tak enak. Jalanan yang tak mulus membuat jalannya motor oleng kanan kiri.  Getarannya terasa hingga ke tubuhku.  Badanku kadang kegencet-gencet sama perut Pak Jo yang gendut.  Alamak ... tega bener ya  Pak Jo kepadaku.

Aku sumpahin dia segera punya mobil deh!

Biar aku nggak dibawa jalan-jalan  dengan naik motor begini.  Dimasukkan ke dalam jaketnya, lagi!  Kalau jalan-jala naik mobil kan enak.  Udah nggak kena angin malam, hawanya dingin  and pasti nyaman pokoknya.


*

Nggak terasa, kamipun tiba di rumah. 

Aku merasa sangat asing dengan tempat ini.  Ku endus-endus setiap sudut.  Sesekali aku terperanjat saat ada suara yang menggema.  Duh ... itu pasti suara kucing!  Sepertinya kucing kampung.  Kucing kampung memang begitu.  Urakan, tengil dan suka teriak-teriak.

Pak Jo langsung mengambilku dan memasukkanku ke dalam kandang.

Alhamdulillah, ini kandangku dulu.  Pak Jo menebusnya dari bos lamaku seharga Rp 100.000,00.  Aku nggak bisa membayangkan hidup di kandang baru.  Pasti butuh penyesuaian lagi.  Tubuhku sudah bisa menyesuaikan dengan kandang lama.

“Puss ... Puss ...” suara lembut seorang wanita menyapaku.

Ternyata suara perempuan tua.  Itu pasti ibu Pak Jo.  Umurnya  sekitar 65 tahunan.  Wajahnya syahdu dan sangat penyayang.  Dia mulai mengelus-elus tubuhku.  Dia mematut-matut leherku.  Aku menggelinjang kesenangan.  Aku memang suka  kalau orang menyentuh bagian leherku.  Gatal-gatal di sekujur tubuhku seolah lenyap seketika.

“Duh ... gantenge arek iki ... “ pujinya sambil mengangkat tubuhku.

Alhamdulillah ... akhirnya ada juga yang tahu kalau aku ini ganteng.  Aku memang kucing lelaki tulen.  Dan aku bangga kalau dipuji ganteng.  Bukannya dipuji sebagai kucing lelaki yang cantik.  Hahaha ... aku terkekeh bahagia.  Sepertinya aku mulai menyukai keluarga ini.  Mungkin aku akan kerasan tinggal disini.

Semoga saja.

2 komentar: